Pada umumnya penilaian properti dilakukan dengan metode perbandingan penjualan, karena metode ini paling bisa merepresentasikan kondisi pasar yang terjadi pada waktu itu. Akan tetapi, tantangan pada pendekatan perbandingan penjualan bagi para praktisi penilai adalah dalam melakukan penyesuaian dengan properti pembanding yang berbeda dengan properti subyek yang dinilai. Salah satu titik kelemahan proses penyesuaian adalah ketergantungannya pada pertimbangan penilai dan tidak bersifat statistik. Oleh karena itu penyesuaian perbandingan secara tradisional yang dikombinasikan dengan analisis regresi, dapat menghasilkan hasil yang lebih baik daripada regresi secara langsung, khususnya untuk properti yang homogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang dapat digunakan untuk menilai bangunan rumah tinggal di wilayah Surabaya Selatan. Model regresi tersebut memasukkan variabel karakteristik fisik bangunan, yang meliputi luas, usia, status renovasi, kondisi dan lokasi bangunan. Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan basis data harga transaksi rumah tinggal di wilayah Surabaya Selatan, yang berhasil dihimpun oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Surabaya Tiga, dihasilkan model penilaian bangunan rumah tinggal dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 94,6%. Ini berarti bahwa perubahan nilai bangunan telah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang ada pada model. Selanjutnya model regresi tersebut diterapkan untuk menilai salah satu tipe bangunan rumah tinggal di wilayah Surabaya Selatan. Nilai estimasi yang dihasilkan dari penerapan model regresi langsung adalah sebesar Rp 746,03 juta, sedangkan dari penyesuaian perbandingan yang dikombinasikan dengan analisis regresi diperoleh nilai bangunan sebesar Rp 740,72 juta. Kedua nilai estimasi tersebut berada dalam kisaran harga penawaran bangunan, yakni antara 650 hingga 900 juta rupiah.
0 komentar